CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Tuesday, September 21, 2010

Kasih Seorang Ibu


Kau telah merasa bahagia sejak anakmu masih belum lagi terbentuk didalam rahimmu. Senyumanmu dikala kau mendengar degupan jantung anakmu jelas menunjukkan kasihmu yang tidak berbatas. Sembilan bulan penuh keazaban, namun kau harungi dengan hati yang tabah, dan kau litupi kesakitanmu dengan senyuman penuh kebahagiaan. Akhirnya, saat yang dinanti tiba jua. Kau bertarung dengan maut, dengan sakit dan azab yang hampir meragut nyawamu, hanya untuk memastikan nyawa anakmu selamat tiba ke dunia. Dan disaat kau terdengar teriakan tangisan anakmu, airmatamu mengalir deras, hiba…dan bahagia mendengar anugerah Allah paling bermakna buatmu.

Masa berlalu pergi. Setiap saat dan waktu, kau tatang anakmu dengan belaian manja. Saat anakmu merangkak, saat anakmu bertatih berjalan, kau pasti tersenyum gembira. Segalanya indah di matamu. Saat anakmu terjatuh dan menangis, kau dakap dan kau peluk erat. Galakanmu memberi anakmu kekuatan, dari merangkak, berjalan dan kemudian terus berlari…Biar anakmu menangis di subuh hari, kau tetap bangun melafazkan kata-kata sayang, dan tidak pernah pula kau putus asa melayan karenah anakmu. Kesucian hatimu dan limpahan kasihmu mengukir darjatmu yang tinggi disisi Tuhanmu… Ya, Allah SWT sendiri mengangkatmu tinggi disisiNya… Allah SWT juga begitu menghargai limpahan kasihmu…

Saban tahun silih berganti, anakmu meningkat dewasa. Kini anakmu sudah berjaya, mengukir nama dipersada dunia. Kau masih lagi bangga dengan anakmu, namun dia tidak lagi memerlukanmu. Kau hanya orang tua yang nyanyuk di matanya. Kau hanya menyusahkan, kotor dan jijik. Langsung, kau dicampak ke sana-ke mari, seorang demi seorang anakmu menolak kehadiranmu, bagaikan kehadiranmu mengganggu kemewahan hidup mereka. Nah, akhirnya sepakat kau dicampak pula ke rumah orang tua-tua. Seminggu sekali, anak-anakmu datang menjengukmu, namun semakin lama, semakin hambar… Kelak, bayang anakmu langsung tidak kelihatan. Kau, tetap pasrah, masih tersenyum kerna anakmu kesemuanya orang berjaya. Kau tetap bangga, walau kau tidak lagi menjadi kebanggaan mereka.

Saat Malaikat Maut datang memanggilmu, tanganmu menggenggam erat gambar anak-anakmu… Disaat nyawamu bakal meninggalkan tubuh tuamu, air matamu menitis, mengenangkan nasib anak-anakmu di dunia, kerisauanmu bukan pada saat pertemuanmu dengan Penciptamu, namun pada anak-anakmu yang nyata telah lupa padamu.. Begitulah dalamnya kasih seorang ibu…